Jelang tutup tahun 2013 perkembangan ekonomi global masih diselimuti oleh berbagai tantangan, yang menjadi pekerjaan rumah besar untuk ditaklukkan, utamanya bagi negara-negara yang ingin tetap menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonominya.
Kemampuan adaptasi terhadap dinamika perkembangan faktor internal dan ekternal akan sangat mempengaruhi konstelasi pertumbuhan ekonomi suatu negara, kemampuan adaptasi merupakan kata kunci untuk survive di tengah indikasi perkembangan ekonomi global yang masih rentan terhadap ketidakpastian.
Pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF), dalam IMF-World Economic Outlook, 0ct 2013, menarik untuk dicermati dan setidaknya dapat menjadi acuan awal dalam menyikapi perkembangan ekonomi global, “global growth is still weak, its underlying dynamics are changing and the risks to the forecast remain to the downside.”
Diproyeksikan bahwa down-side risk dari perkembangan ekonomi global masih tetap tinggi, perkembangan ekonomi di kawasan Zona Euro dengan berbagai dampak turunan, dari masalah pengangguran dan beban utang pemerintah yang tinggi, serta kebijakan tapering off atau kebijakan pengurangan stimulus moneter AS diyakini akan sangat mempengaruhi konstelasi ekonomi global.
Dengan berbagai konstelasi perkembangan ekonomi global dimaksud, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2014 hanya akan mencapai 3.6%, World Bank dan OEDC juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara maju tahun 2014 akan mencapai 2,1% dan 2,3%.
Berbagai studi yang dilakukan lembaga internasional memberikan konsklusi bahwa pendorong pertumbuhan ekonomi global masih akan tetap berasal dari negara maju, sementara pertumbuhan ekonomi emerging countries diperkirakan melambat dalam lima tahun mendatang.
Kewaspadaan perlu ditingkatkan
Terlewatinya masa-masa sulit ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2013 dari goncangan ekternal dan internal, sejatinya merupakan sinyal dari kokohnya daya tahan fundamental ekonomi Indonesia, sekaligus dapat dijadikan modal dasar dalam tetap menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Tahun 2014 mendatang merupakan tahun yang penuh risiko dan tantangan bagi Ekonomi Indonesia, kewaspadaan dalam menghadapi dinamika konstelasi perkembangan ekonomi global perlu terus ditingkatkan, dengan menyatupadukan langkah kebijakan dan sinergitas dalam bingkai Indonesia incorporated.
Optimisme dalam tetap menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan Indonesia pada 2014 mendatang, setidaknya perlu didukung oleh langkah yang difokuskan pada upaya meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dalam mengatasi 2 (dua) tantangan utama:
pertama, dari sisi eksternal, sinyal bergairahnya kembali ekonomi Amerika melaluirencana penghentian QE secara bertahap serta pengakhiran suku bunga murah akan berpotensi menjadi katalisator pelarian modal keluar (capital outflows).
Sebagaimana kita ketahui bersama, membaiknya perekonomian di Amerika mengakibatkan dilakukannya penghentian program ekspansi moneter atau quantitaive easing (QE), yang disebut tapering off, yang menyebabkan tertariknya uang dari pasar dunia, uang tersebut banyak masuk ke emerging countries, termasuk Indonesia.
Kedua, dari sisi internal, defisit transaksi berjalan akibat negatifnya neraca perdagangan yang disumbangkan oleh tingginya impor dalam beberapa waktu terakhir, apabila tidak dikendalikan, juga dapat berpotensi memberi sentimen negatif bagi pertumbuhanekonomi nasional.
Konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi tinggi dalam beberapa tahun terakhir bagi Indonesia telah mendorong tingginya daya beli masyarakat, sehingga tingkat permintaan pun semakin meningkat, dengan terus tumbuhnya kelas menengah
(growing middle class income ) di Indonesia.
(growing middle class income ) di Indonesia.
Tingkat permintaan (demand) yang tinggi tentunya membutuhkan pasokan (supply) yang memadai. Penanganan pada sisi pasokan menjadi suatu keniscayaan untuk dapat terus diarahkan menuju ke titik keseimbangan. Untuk itu tidak ada pilihan lain, kecuali terus memperbaiki kinerja produksi guna menjawab semakin meningkatnya konsumsi rumah tangga sebagai tulang punggung menjaga pertumbuhan ekonomi.
Menekan impor konsumsi rumah tangga, seperti pemenuhan kebutuhan pokok serta industrialisasi menjadi prioritas utama guna menjaga keseimbangan neraca perdagangan, agar terlepas dari defisit transaksi berjalan, disinilah pentingnya upaya ekstra keras dan sinergitas dari para pemangku kepentingan untuk dapat terus menekanpermintaan dan menyeimbangkan posisi supply-demand agar tidak menggerus fundamental ekonomi nasional.
Disamping itu, penanganan permasalahan energi nasional perlu terus diupayakan, utamanya dalam mendukung suksesnya percepatan program pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, mengingat kebutuhan energi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional terus mengalami kenaikan hingga 8 persen per tahun.
Dengan penambahan kebutuhan energi tersebut , diperkirakan 2014 kebutuhan BBM Indonesia mencapai 120 juta barel per tahun dan 165 juta barel per tahun pada 2015.
Indonesia tiap harinya harus impor 500 ribu barel atau 60-70 juta dolar per hari untuk memenuhi kebutuhan energi nasional
Indonesia tiap harinya harus impor 500 ribu barel atau 60-70 juta dolar per hari untuk memenuhi kebutuhan energi nasional
Bauran Kebijakan Adaktif
Dalam menghadapi berbagai risiko perkembangan ekonomi global 2014 dan mengantisipasi ketidakpastian yang ada, pemerintah RI telah memformulasikan berbagai bauran kebijakan ekonomi yang bermuara kepada upaya menghadapi risiko perkembangan ekonomi global, sekaligus memastikan mesin ekonomi tetap berjalan dan tumbuh.
Bauran kebijakan tersebut antara lain ditempuh dalam menata ekspor impor dan kebijakan terkait investasi yang berisikan penyederhanaan proses mendapatkan fasilitas kemudahan impor untuk tujuan ekspor (KITE) serta kenaikan tarif pajak penghasilan (PPh) bagi importir.
Pengetatan fiskal dan moneter, ditempuh sebagai upaya untuk memberikan ruang gerak yang cukup dalam mempertahankan stabilitas dan fundamental perekonomian nasional.Selain itu pengetatan defisit juga tercermin dari desain defisit fiskal APBN dari 2,4 persen menjadi 1,69 persen pada tahun 2014.
Dari sisi moneter, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,5%. Kedua kebijakan pengetatan ini dilakukan untuk mengantisipasi tekanan defisit transaksiberjalan sehingga dapat mencapai titik keseimbangan baru yang relatif stabil.
Upaya stabilitas ekonomi tersebut, diarahkan untuk menahan laju pertumbuhan yang terlalu inggi agar tidak terjadi pemanasan ekonomi (overheating) seperti yang terjadi di beberapa negara lainnya.
Disadari pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi berpotensi memperlebar defisittransaksi berjalan mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar disumbangkan oleh konsumsi domestic (consumption-led growth). Kebijakan menahanlaju pertumbuhan yang ditempuh oleh Pemerintah diharapkan dapat mengatasi defisittransaski berjalan dan secara berkesinambungan dapat memperbaiki struktur ekonominasional.
Upaya sungguh-sungguh terus diupayakan pemerintah RI dalam memperbaiki defisit neraca perdagangan, Konsumsi BBM subsidi juga terus dikendalikan melalui kebijakanpengendalian BBM subsidi, sehingga neraca migas dapat menemukan titikkeseimbangan yang relatif stabil.
Selain menekan importasi, otoritas fiskal juga memberikan tax allowance bagi industry menengah agar dapat berkembang dan meninggalkan rezim ekspor komoditas menjadiekspor barang bernilai tambah.
Pilihan Strategi Prioritas
Pasar dalam negeri Indonesia masih tetap menjanjikan bagi pengembangan sizeekonomi di tahun 2014, proyeksi demografi kita menunjukkan semakin banyak manusia produktif sebagai bonus demografi.
Kelas menengah Indonesia yang terus tumbuh, sejatinya merupakan potensi dahsyat dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi, tumbuhnya kelas menengah menjadikan konsumsi domestik (demand) yang sangat kuat, sehingga perlu diikuti dengan upaya meningkatkan pasokan (supply) yang bersumber dari dalam negeri.
Kita tentunya berharap upaya meningkatkan pasokan (supply) yang bersumber dari dalam negeri dapat terus ditingkatkan untuk menyehatkan neraca transaksi perdagangan, dengan meminimalisir importasi pangan dan konsumsi domestik lainnya.
Gejolak harga sembako sepanjang rentang 2013 seyogyanya memberikan pelajaran berharga sekaligus pemicu bagi kita untuk mengutamakan kedaulatan pangan, dengan mengenjot produksi dan produktivitas pangan yang berasal dari dalam negeri, berbagai komitmen telah dihasilkan, tinggal bagaimana eksekusi ditingkat lapangan, ketergantungan impor harus dikurangi.
Di sisi lain pengembangan industri pengolahan perlu terus ditingkatkan ekspansinya pada berbagai sektor sehingga dapat menjadi alternatif pilihan strategi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014 mendatang. Hal ini sangat strategis seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, maka kebutuhan akan barang-barang hasil industri juga meningkat.
Terbukanya sekat-sekat perdagangan dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bila kita tidak siap menghadapinya, membanjirnya produk impor bila tidak diantisipasi hanya akan menjadikan Indonesia menjadi pasar bagi negara lain yang kontra produktif dengan upaya menjamin pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kebijakan pemerintah dengan pemberian insentif untuk industri strategis yang bersifat“substitusi impor” dan “promosi ekspor” harus dapat dimanfaatkan secara optimal oleh dunia usaha guna ditransformasikan dalam meningkatkan nilai tambah sekaligus konstribusi nyata dalam memperbaiki neraca perdagangan dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dengan semakin membaiknya ekonomi negara-negara maju pada tahun 2014 maka semakin terbuka pasar ekspor yang harus kita jadikan peluang antara lain dengan menitikberatkan pengembangan ekonomi kreatif, melakukan diversifikasi produk ekspor yang bernilai tambah, tidak hanya ekspor komoditi semata.
Hal ini diyakini akan mampu memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 sekaligus membangun daya tahan terhadap goncangan eksternal, mengandalkan ekspor komoditi, terbukti sangat rentan terhadap fluktuasi harga serta dinamika perkembangan konstelasi ekonomi global.
Upaya memperbaiki neraca perdagangan dengan mengurangi importasi dan menaikkan nilai tambah produk-produk Indonesia akan semakin bermakna bila diikuti dengan dukungan percepatan pembangunan infrastruktur yang berkonstribusi dalam mewujudkan konektivitas nasional, menekan biaya logistik guna meningkatkan daya saing.
Kita tentunya berharap peningkatan daya saing Indonesia dapat terus menjadi visi kita bersama dan dijadikan skala prioritas dengan dukungan penuh semua pemangku kepentingan, guna memenangkan kompetisi ekonomi tahun 2014, sekaligus menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi bagi kejayaan bangsa dan negara, dengan semangat optimisme kita songsong 2014, terbang tinggi Garudaku. Semoga
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar